Erwiana, Derita Tiada Henti

BMI korban perbudakan di Hong Kong
Erwiana
Nasib Erwiana Sulistyaningsih (22), buruh migran perempuan asal Ngawi di Hongkong. tidak hanya tak digaji. Ia juga nyaris lumpuh oleh siksaan majikannya, Law Wan Tung. Namun, Eh, melihat ancaman hukuman yang ringan, si pelaku kekerasan Law ternyata masih dapat udara kebebasan dengan uang jaminan oleh pengadilan.

Erwiana meninggalkan daerah asalnya, Dusun Kawis, Desa Pucangan, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, ke Hongkong, dengan harapan mengubah nasib keluarganya yang papa. 

Namun, bukan upah melimpah yang diterimanya, melainkan perlakuan keji dari majikan. Pihak yang seharusnya melindunginya pun membiarkannya, dan baru sungguh-sungguh tergerak setelah Presiden bicara.

Tersenyum dalam penderitaan
Sepotong senyum tersungging di wajah yang penuh bekas noda hitam. Erwiana, yang berkulit putih, terlihat tenang di tengah keluarga dan teman yang mendukungnya. Dia sudah sepekan menjalani rawat inap di Rumah Sakit Islam Amal Sehat, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Ia beruntung bertemu Riyanti (30), BMI Magetan, Jatim, di ruang tunggu Bandara Hongkong, sebelum kembali ke Tanah Air. Riyanti membuka hati dan melumerkan ketakutan Erwiana yang duduk sendiri dengan wajah memar. 

Ia pula yang memapah Erwiana, yang tubuhnya terlalu lemah setelah menerima perlakuan kejam dari majikannya, memasuki pesawat.

”Saya semula tidak menyangka ia orang Indonesia. Wajahnya hitam dan bentuknya aneh. Setelah mendengar dia berbicara dengan bahasa Indonesia, baru saya tahu ia orang Indonesia,” kata Riyanti saat menunggui Erwiana di rumah sakit, pekan lalu.

Selain disiksa, Erwiana juga jarang diberi makan. Majikannya menjadwalkan makan nasi pukul 07.00 dan dua kali waktu makan roti tawar. Ia harus bekerja sepanjang malam dan tidur pukul 13.00-17.00. 

Ritme hidupnya dibalik sehingga tubuhnya kian lemah. Jika majikan perempuannya tidak puas dengan pekerjaannya, Erwiana dipukul dengan gagang sapu, pengisap debu, atau gantungan baju dari besi.

Riyanti sempat akan membawa Erwiana melapor kepada polisi setempat, tetapi ia menolak. Erwiana diancam. 

Orangtuanya akan dibunuh jika ia berani melapor. Riyanti merelakan tiket Jakarta-Surabaya miliknya hangus agar bisa mendampingi Erwiana mendarat di Bandara Adi Soemarmo di Kabupaten Boyolali, Jateng. Perjalanan ke rumah Erwiana dilanjutkan dengan taksi.

Majikan Erwiana sengaja membelikan tiket pesawat dengan jadwal terbang pukul 01.00 agar Erwiana terhindar dari interaksi dengan banyak orang. Majikan juga membantunya check in pesawat dan menuju pemeriksaan imigrasi. 

Badan Erwiana yang kurus kering ditutupi pakaian enam lapis dan celana panjang dua lapis serta diaper. Ia amat lemah sekadar untuk pergi ke toilet. Ia hanya dibekali uang Rp 100.000.

Barang-barangnya dibuang oleh majikan. Hanya sebuah tas berisi jarit, dua buah diaper, dan sepasang sandal jepit yang dikembalikan kepada Erwiana. Gaji atas jerih payahnya selama hampir delapan bulan bekerja juga tidak dibayarkan.

”Anak saya selepas SMK bekerja di Jakarta selama 1,5 tahun. Karena gajinya tak memuaskan, ia berangkat menjadi TKI, Mei 2013, lewat PT Graha Ayukarsa,” kata Rohmad Saputro (49), ayah Erwiana.

Ia sebenarnya digaji 3.920 dollar Hongkong (Rp 6,1 juta) per bulan, tetapi 2.543 dollar Hongkong (Rp 3,9 juta) dipotong untuk agen sebagai ganti biaya keberangkatan. Potongan dilakukan selama enam bulan.

Sebenarnya, sebulan setelah bekerja, Erwiana mencoba kabur karena tidak tahan perlakuan keji majikannya. Ia bisa turun dari lantai 38 apartemen tempat tinggal majikannya, lalu meminjam telepon genggam petugas keamanan apartemen untuk menghubungi penyalurnya. 

Bukan pembelaan dan perlindungan yang ia peroleh. Justru Erwiana dikembalikan kepada majikan. Dia disuruh bertahan dengan alasan masih memiliki utang potongan gaji yang harus diserahkan kepada agen. Hari-hari bagai neraka Erwiana berlanjut. Sampai suatu hari ia benar-benar lemah dan tak bisa bergerak sehingga majikan pun memulangkannya.

Riyanti tak hanya membantu dan ikut merawat Erwiana. Ia juga memperjuangkan nasib rekannya itu. Bersama Jaringan Buruh Migran Indonesia, mereka menuntut keadilan untuk Erwiana. (kompas)

0 comments :

Post a Comment

Mari Kita berdiskusi, apa pendapatmu. Ditunggu komentarnya kawan

Cancel Reply

Setia Di Garis Massa