Ini Kronologi Penyiksaan Erwiana di Hong Kong

Kronologi kasus kekerasan
Erwiana
SRAGEN - Delapan bulan tidak digaji, Erwiana Sulistianingsih yang merupakan BMI asal Desa Pucangan, Kecamatan Ngerambe, Ngawi, Jawa Timur, menjadi bulan-bulanan majikan di Hongkong. Inilah kronologis penyiksaan yang dilakukan sang majikan

Selama bekerja di Hong Kong, Erwiana hanya diberi makan satu kali. Sisanya gadis asal Ngawi tersebut hanya diberi Roti sebanyak dua kali oleh majikannya. Selain makannya dijatah, pola istirahat Erwiana pun diubah.

Erwiana hanya diperbolehkan istirahat untuk tidur pada pukul 13.00 siang waktu Hong Kong hingga pukul 17.00 sore. Sedangkan di malam hingga siang hari berikutnya, tenaga Erwiana dikuras habis.

"Erwiana hanya dikasih makan sekali, itu pun pukul 07.00 pagi. Saat hendak tidur siang pukul 13.00 satu roti dan satu roti lagi malam pukul 22.00 tanpa pakai apa-apa. Sedangkan pula tidurnya diubah," jelas iwenk dari perwakilan JBMI saat ditemui media di RSU Amal Sehat, Sragen, Jawa Tengah, Jumat (17/1/2014).

Karena jatah makan yang kurang, membuat Erwiana sering lapar saat bekerja. Pernah suatu ketika karena rasa lapar tidak tertahan, gadis itu pun nekat mengambil biskuit milik majikannya.

"Erwiana dipukul dan dihukum oleh majikannya. Tidak hanya itu, Erwiana dihukum kalau makan di kamar mandi dan minumnya air kamar mandi. Selain itu, penjatahan tak hanya untuk makan tetapi juga untuk minum. Dalam sehari semalam, Erwiana hanya dijatah satu botol minum, jika habis dia disuruh minum air kamar mandi," tuturnya.

Merasa tidak betah, Erwiana mencoba kabur lari menuju agen Chans tempat Erwiana di tempatkan di rumah tersebut. Bukannya disarankan melapor ke polisi, justru pihak Agen mengembalikannya ke majikan.

"Erwiana pun disiksa habis-habisan dan dikunci kamarnya kalau sang majikan tidur. Semua penyiksaan dilakukan oleh majikan perempuan, sedangkan selama delapan bulan di Hong Kong, Erwiana belum pernah sekalipun bertemu dengan majikan laki-lakinya," paparnya.

Kasus ini terungkap ketika Erwiana diantarkan sang majikan ke Bandara. Saat itu majikan Erwiana sengaja memilih penerbangan ke Indonesia pada tengah malam, namun jadwal pesawat yang dinaiki Erwiana mengalami perubahan jadwal.

"Di Bandara itulah Erwiana bertemu Yanti sesama BMI. Awalnya Erwiana tidak mau bercerita karena majikannya mengancam akan membunuh orangtua Erwiana bila dia berani cerita atau melaporkan ke Polisi. Karena Erwiana tak bisa berjalan, akhirnya dia dikasih uang Rp100 ribu untuk pulang ke Ngawi dan akhirnya bersedia bercerita tentang penderitaannya," tuturnya. 

Tulisan dari Buruh tentang Kronologi Erwiana
Dan kisah berikut ini adalah kisah dramatis kepulangan Erwiana dari Hongkong ke Indonesia yang dikisahkan oleh BMI (R) yang kebetulan hendak Cuti ke Indonesia.

Tanggal 9 Januari 2014, Ketika aku nyampek di Bandara CHEK LAP KOK, HONG KONG, aku melihat ada seorang mbak-mbak BMI juga, kok wajahnya lebam dan jari tangannya juga bengkak menghitam, lalu ku Tanya: Namamu siapa mbak?

“Erwiana” jawabnya

Aku : Lhoh mbak, kenapa wajah dan tanganmu seperti itu?

Erwiana : ahh nggak papa kok mbak.. ini Cuma alergi kena air dingin.

Aku : ahhh massa sih alergi air dngin sebegitunya ? kok kayak ada luka gitulo mbak di wajahmu juga lebam?

Erna : enggaklah nggak apa-apa kok “ lalu Erwiana diam dan menunduk sambil memainkan jarinya yang menghitam itu.

Aku : memang kenapa sih mbak? Apakah kamu di pukul oleh majikanmu?! “aku setengah memaksa dia untuk mengakui ada apasih yang terjadi dengan dirinya

Ernwiana : ora popo mbak, “jawab Er singkat dan lagi-lagi dia menunduk,

Aku : kamu asal mana?

Er: Ngawi mbak,

Aku : lohhh yo sama ..aku dari Magetan,berarti kita tetangga dekat lo.

Er : ohh iyo mbak…”jawab Er seraya memandang ke orang yang sedang berlalu lalang di ruang tunggu.

Tung..ting..tung… Suara peringatan kepada seluruh Penumpang Pesawat agar segera masuk ke Gate 31.

Aku: yok masuk ..dah ada peringatan tuh ” ajakku ke Er

Er: aku ewangono mbak, aku gak bisa bawa tasku

Aku : looh tadi katamu gak aa apa ? lha kok ? sebenarnya kenapa sih mbak kamu nih?!“nadaku agak jengkel, habis di tanya berkali-kali juga gak mau ngaku.

Er : mbak..iya aku di pukuli oleh majikanku selama 8 bulan, tapi mbak ojo ngomong ngomong yo..aku takut sekali..” wajah Er terlihat banget cemas” Aku gak boleh ngobrol dengan Orang Indonesia ataupun melapor ke Polisi tentang kejadian ini..”tangan Er terlihat gemetar”

Aku: hahhh..”aku kaget dan mentayangkan banget, kenapa di siksa separah itu kok diam saja…! kenapa??!!!

Karena waktu sudah mepet dan kamipun harus segera masuk pesawat, maka aku gandeng dia tuk jalan, namun alangkah kagetnya aku! Ternyata dia juga susah jalan, jadi aku harus memapah dia, semua bawaanku ku taruh di kereta barang, aku sudah menawarkan untuk lapor Polisi, dia gak mau dan ngeyel gak mau. Akhirnya kami tiba di depan gate masuk Imigrasi.

Beberapa petugas bertanya pada Er, kamu kenapa? Dan aku yang jawab, ku jelaskan bahwa dia telah di aniaya majikanya, petugas tersebut seketika langsung menyarankan untuk lapor Polisi, dan lagi-lagi Er menolak dengan alasan ingin segera pulang bertemu keluarga di kampung. Akhirnya walaupun banyak orang menyarankannya lapor Polisi tapi dianya gak mau, ya sudah tentu pihak Imigrasipun tidak bisa memaksa seseorang untuk Laporkan kasusnya.

Sampai di dalam pesawat aku bersusah payah untuk memapahnya dan barangku di bawakan teman yang lain, oh ya Er juga tidak mau dipapah teman lainya selain aku, di barisan tempat dudukku jug Er ada orang asing, dan dia melihat kondisi fisik Er yang begitu, lantas penumpang asing itu minta pindah tempat duduk yang kebetulan ada yang masih kosong, (mungkin orang itu takut melihat tangan Er yang seperti penyakit apa gak tau) 

Di dalam Pesawat, Er tertidur mungkin saking capeknya, dan beberapa kali dia terlelap, bebberapa kali juga dia mengikau, dalam igauanya dia berteriak ketakutan..capek..dan banyak lagi, saat dia tidak tidur, aku coba ajak dia untuk bicara mengenai kondisi dia di majikan hingga dia teraniaya..

Er..kutatap wajahnya saat ia tertidur lagi..

"kasihan banget kau Er, wajah ayumu kini berubah lebam, majikanmu hanya memberi satu lembar uang seratus dolar, umurmu yang masih kecil juga harus dituakan tiga tahun“ aku menerawang sedih…

Er terbang ke Hong Kong pada Tanggal 13 May 2013, dan dia juga harus membayar potongan Agen selama 6/7 bulan, dari awal dia bekerja, ER sudah mulai di pukul oleh majikannya menggunakan hanger atau apa saja yang ada di depan majikannya, lalu pada saat dia sudah bekerja satu bulan, dia sempat lari ke bawah rumah telpon pihak PJTKI di Indonesia, Er laporan bahwa dia mengalami penganiayaan fisik dan tiap hari di marahi oleh majikannya, Er gak kuat dan tidak tahu harus bagaimana?

Lalu pihak PJTKI segera menghubungi Agen yang ada di Hong Kong, tak berapa lama Agen datang ke bawah rumah majikan Er menemui Er yang masih di bawah rumah, dan selanjutnya, pihak Agen mengantar Er kembali ke rumah majikan, karena Er belum habis Potongan gaji.

Karena Er yang masih baru dan tidak tahu harus kemana dan langkah apa yang harus dilakukan, dengan bujuk rayu dari agen HK itu, Er terpaksa kembali ke majikan lagi.

Dalam bekerja sehari-harinya Er selalu mendapat perlakuan tidak baik dari majikannya, Dia juga kurang makan juga kurang tidur.

Hingga pada kondisi yang kritis tepatnya tiga hari sebelum dipulangkan, Er mengeluh sakit dan lemah, lalu majikannya menyuruhnya untuk tidur istirahat, ketika mandi, si Er juga dimandikan oleh majikan perempuannya dengan alasan kalau Er mandi sendiri nggak bersih.

Akhirnya Pesawat Landing di bandara Indonesia, aku segera memapah Er, ketika dia berasa ingin buang air kecil, segera ku antar Er ke toilet, dan alangkah terkejutnya aku, ternyata Er sudah dipakek-i Pampers..!

ohhh ya Alloh… Betapa tersiksanya dirimu wahai saudarakuuuu…

Aku hanya bisa berucap dalam hati, ingin sekali aku menangis.. menjerit.. Agar apa yang kurasakan dongkol dalam hati ini berkurang, tapi ku tahan, aku tak ingin terlihat sedih di depan Er.

Dari bandara, aku mengantarkan Er sampai rumahnya di Ngawi, di halaman depan rumahnya Taxi yang kami tumpangi berhenti, dan keluarganya yang tidak tahu dia akan pulang hari itu pada kaget, apalagi ketika melihat kondisi fisik Er yang mukanya lebam dan harus di bopong masuk ke rumah, spontan keluarga dan tetangga yang disitu pada menangis histeris.

Sampai didalam rumah, Er di tidurkan, sebenarnya aku sudah penasaran sejak dari HK, kok kakinya gak bisa buat jalan itu kenapa??? Tapi Er menutupi dan tidak mau memberitahuku, dalam kondisi yang pada menangisi keadaan Er, aku terus bersabar, aku harus kuat, aku harus tatak di hadapan banyak orang, aku gak ingin menangis meskipun batinku menjerit dan airmataku begitu ingin mengalir.

Dan akhirnya akupun memberanikan diri untuk melihat kondisi kakinya, Duh Gustiiiiii… Ampunilah Dosa Hambamu yang lemah iniiiii…(ku berDoa dalam hati) Kedua kakinya di perban dan aku tidak tahu luka apa ini? bekas diraman.air panaskah? atau bekas apa? ..ya Alloh begini parahnya, aku mencium aroma yang tidak sedap dari kedua kaki Er, namum tak sedikitpun aku merasa jijik atau bagaimana, aku tetap melepas perban perban yang menempel di luka Er, dan menggantikan dengan yang baru.

Er kondisinya sangat lemah dan masih butuh perawatan extra. Saat ini Er sudah dibawa ke Rumah Sakit setempat untuk perawatan.

Korban Lain dari Sang Majikan Biadab Siap Bersaksi
Selain Erwiana, dua BMI lainnya mengaku juga pernah bekerja untuk sang majikan, Law Wan Tung. Setelah sebelumnya BMI yang bernama Bunga mengungkap kisah pilunya saat harus bekerja dengan Law, maka kisah serupa juga dialami oleh Susi. Susi yang ditemui SCMP saat ikut berunjuk rasa mengaku hanya dibayar oleh Law sebesar HK$5000 atau Rp7,7 juta per tahunnya. Dia menyebut bekerja di kediaman Law sejak tahun 2010 hingga 2011 dan mengalami penyiksaan serupa.

“Ada kalanya majikan meminta saya untuk bunuh diri karena saya mengatakan kepada dia bahwa saya sudah tidak betah bekerja di sana,” ungkap perempuan berusia 31 tahun itu.

Lalu Susi mengatakan kepada majikannya, bahwa dia boleh memukuli Susi sesuka hati, asal jangan membunuh dirinya. 

“Saya masih memiliki anak laki-laki di Indonesia,” ujar Susi. 

Juru Bicara Komite Keadilan, Sringatin, mengklaim pernah mendengar pengakuan dari TKI lainnya yang juga bekerja untuk Law. Pramuwisma yang kini bekerja di Singapura itu pernah bekerja selama tiga bulan selama tahun 2011 silam. Pramuwisma itu akhirnya kabur dan mencari pertolongan dari temannya dan polisi. Namun, Sringatin menyebut, polisi belum berhasil membuat perkembangan apa pun. 

“TKI itu bahkan pernah diancam akan dibunuh oleh majikannya dengan pisau yang sedang dia pegang (sumber berbagai media)

0 comments :

Post a Comment

Mari Kita berdiskusi, apa pendapatmu. Ditunggu komentarnya kawan

Cancel Reply

Setia Di Garis Massa